Festival film, festival lagu dan berbagai festival duniawi mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Tetapi festival zikir dan baca sholawat barangkali hanya bisa ditemukan dalam peringatan Maulid Nabi yang diadakan di Mesir. Jika anda datang ke lokasi peringatan Maulid Nabi yang diadakan setiap 12 Rabiul Awwal akan terlihat berbagai aliran tarekat dengan pakaian khas dan spanduk identitas masing-masing berkumpul di sana.
Sambil meliuk-liuk penuh semangat para pengikut tarekat mengikuti imam masing-masing mendengarkan pujian untuk kekasih tercinta, Nabi Muhammad saw. Adakalanya mereka diam khusuk mendengar sejarah Nabi dibacakan seorang anggota, dan pada saat lain mereka bersahutan membaca kalimat “Allah … Allah…”. Irama dan gaya liukan dalam zikir masing-masing aliran tarekat tidak sama. Begitu jugaan bacaan zikir dan sholawat mereka beragam, tapi intinya sama, yaitu mengagungkan Tuhan, memuji dan mengingat sejarah Nabi Muhammad saw.
Diantara aliran tarekat ada pula yang menampilkan gerakan akrobatik, seperti debus di Indonesia. Mereka meliuk-liukkan pedang kayu sambil berjalan di atas leher para anggota. Bahkan di daerah Zagazig konon ada atraksi yang lebih menarik, yaitu menusukkan pedang ke pipi dan mencabutnya kembali tanpa ada luka sedikitpun.
Pawai Tarekat
Pawai Maulid Nabi yang secara procedural harus mendapat ijin dari Kementerian Dalam Negeri, juga diramaikan dengan pawai tarekat. Dengan diikuti sejumlah aliran tarekat yang ada, pawai tarekat mengambil rute beberapa jalan dan kembali ke tempat semula. Berjalan paling depan pada iring-iringan tersebut, pembawa bendera identitas, diikuti pemimpin tarekat, dan di belakangnya para anggota tarekat tersebut. Barisan berikut kelompok tarekat lain dengan susunan yang sama. Biasanya salah satu peserta, biasanya pemimpin atau wakil tarekat, ada yang menunggang kuda sementara yang lain berjalan di sekelilingnya.
Pasar Malam
Untuk Peringatan Maulid Nabi yang diadakan di tempat ramai, seperti di masjid Husain Cairo dan Masjid Badawi Thanta, tidak terlihat perubahan suasana yang sangat mencolok. Tempat yang sehari-harinya memang sudah ramai itu, hanya bertambah sedikit ramai ketika ada penyelenggaraan peringantan Maulid Nabi. Tetapi Peringatan Maulid Nabi yang dilangsungkan di tempat yang biasanya sepi, seperti di Belbis, 16 Km dari Zagazig kea rah barat, akan terlihat perubahan yang sangat drastis. Tempat di dekat pemakaman umum yang paa hari biasa menjadi pangkalan anjing liar, pada malam Peringatan berubah menjadi pasar malam yang hiruk pikuk.
Tenda-tenda tarekat berbaur dengan komedi putar dan gerobak pedagang kaki lima memadati lokasi acara. Di bawah penerangan lampu mercury dan neon ratusan watt, para pengikut tarekat mengalunkan zikir ditingkah jerit riang anak-anak yang naik komedi putar dan suara jahil pemuda iseng. Pendeknya, dalam Peringatan Maulid Nabi berbaur berbagai kepentingan yang bersifat duniawi maupun ukhrowi, yang berupa ketaatan taupun kemaksiatan.
Rapat Pemimpin Tarekat
Kesibukan yang tidak kalah pentingnya terjadi pada pertemuan para pemimpin tarekat menjelang hari H yang membahas petunjuk pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi. Diantara keputusan pertemuan itu adalah tata cara pelaksanaan zikir, pawai dan larangan-larangan yang harus dijauhi. Seperti dalam poin 4 Petunjuk Pelaksanaan Zikir disebutkan: “Selama zikir berlangusng tidak diperkenankan melakukan bid’ah, seperti menabuh gendang, memukuli badan dengan pedang, memakan serangga, menggunakan alat-alat terlarang dan melakukan bid’ah-bid;ah lain yang tidak sesuai dengan syariat”. Hal ini dilakukan dalam upaya membersihkan Praktik Syariah dari adat dan praktek zikir yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Namun… selalu saja ada kesenjangan antara peraturan dan pelaksanaannya di lapangan©1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar